Salam, post ini mengandungi video pengajian Buku Bulughul Maram Bab Nikah Hadis-hadis Nikah Bahagian 5.
Bulugh Al Maram atau dikenali juga sebagai Bulughul Maram mengandungi hadis-hadis yang sesuai dijadikan rujukan untuk menjalani kehidupan seharian sebagai seorang muslim atau muslimah. Terdapat panduan yang boleh digunakan daripada hadis-hadis yang dikemukakan. Antara topik-topik yang terdapat di dalam Bulughul Maram ialah taharah (cara-cara bersuci), solat, jenazah, zakat dan sedekah, puasa, haji, jual beli, nikah, jenayah, hudud, jihad, makanan dan minuman, supah dan nazar, pengadilan, memerdekakan dan kelengkapan (kumpulan pelbagai hadis).
Video hadis mula pada 00:00:01
وَعَنْ جَابِرٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( أَيُّمَا عَبْدٍ تَزَوَّجَ بِغَيْرِ إِذْنِ مَوَالِيهِ أَوْ أَهْلِهِ , فَهُوَ عَاهِرٌ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ , وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ , وَكَذَلِكَ اِبْنُ حِبَّانَ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Jabir, katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang yang kahwin tanpa izin tuannya atau majikannya maka ia dianggap melakukan perbuatan zina. Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Seorang budak yang menikah tanpa izin dari tuannya atau keluarganya, maka ia dianggap berzina." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi dan Ibnu Hibban.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( لَا يُجْمَعُ بَيْنَ اَلْمَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا , وَلَا بَيْنَ اَلْمَرْأَةِ وَخَالَتِهَا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Abu Hurairah: Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Tidak boleh dimadu seseorang perempuan dengan saudara perempuan bapanya dan tidak boleh dimadu seseorang perempuan dengan saudara perempuan ibunya.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak boleh dimadu antara seorang perempuan dengan saudara perempuan ayahnya dan antara seorang perempuan dengan saudara perempuan ibunya." Muttafaq Alaihi.
َوَعَنْ عُثْمَانَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا يَنْكِحُ اَلْمُحْرِمُ , وَلَا يُنْكَحُ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ : ( وَلَا يَخْطُبُ ) وَزَادَ اِبْنُ حِبَّانَ : ( وَلَا يُخْطَبُ عَلَيْهِ )
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari 'Utsman, katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang sedang ihram tidak boleh menikah dan tidak boleh menikahkan” Riwayat Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Utsman Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang yang sedang berihram tidak boleh menikah dan menikahkan." Riwayat Muslim. Dalam riwayatnya yang lain: "Dan tidak boleh melamar." Ibnu Hibban menambahkan: "Dan dilamar."
َوَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : ( تَزَوَّجَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مَيْمُونَةَ وَهُوَ مُحْرِمٌ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Ibnu 'Abbas, katanya: “Nabi SAW mengahwini Maimunah pada saat baginda ihram.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menikahi Maimunah ketika beliau sedang ihram. Muttafaq Alaihi.
وَلِمُسْلِمٍ : عَنْ مَيْمُونَةَ نَفْسِهَا ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم تَزَوَّجَهَا وَهُوَ حَلَالٌ )
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dan menurut Muslim dari Maimunah sendiri katanya: “Sesungguhnya Nabi SAW menikah diriku setelah baru saja selesai ihram (halal).”
Hadis dalam bahasa Indonesia
Menurut riwayat Muslim dari Maimunah sendiri: Bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menikahinya ketika beliau telah lepas dari ihram.
َوَعَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِنَّ أَحَقَّ اَلشُّرُوطِ أَنْ يُوَفَّى بِهِ , مَا اِسْتَحْلَلْتُمْ بِهِ اَلْفُرُوجَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari 'Uqbah bin 'Amir, katanya: “Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya syarat yang paling patut untuk kamu sempurnakan ialah syarat yang kamu gunakan untuk menghalalkan kemaluan-kemaluan perempuan.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Uqbah Ibnu Amir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya syarat yang paling patut dipenuhi ialah syarat yang menghalalkan kemaluan untukmu." Muttafaq Alaihi.
َوَعَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ رضي الله عنه قَالَ : ( رَخَّصَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَامَ أَوْطَاسٍ فِي اَلْمُتْعَةِ , ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ , ثُمَّ نَهَى عَنْهَا ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Salamah bin Akwa', katanya: “Rasulullah SAW memberikan keringanan tiga hari pada tahun Autas untuk melakukan nikah mut'ah, kemudian melarangnya sama sekali melakukan perbuatan tersebut.” Riwayat Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Salamah Ibnu Al-Akwa' berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah memberi kelonggaran untuk nikah mut'ah selama tiga hari pada tahun Authas (tahun penaklukan kota Mekkah), kemudian bleiau melarangnya. Riwayat Muslim.
َوَعَنْ عَلَيٍّ رضي الله عنه قَالَ : ( نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ اَلْمُتْعَةِ عَامَ خَيْبَرَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari 'Ali, katanya: “Rasulullah SAW melarang mut'ah pada perang Khaibar.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Ali Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang nikah mut'ah pada waktu perang khaibar. Muttafaq Alaihi.
َوَعَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( نَهى عَنْ مُتْعَةِ النِّسَاءِ وَعَنْ أَكْلِ الْحُمُرِ اْلأَهْلِيَّةِ يَوْمَ خَيْبَرَ ) اخرجه السبعة إلا أبا داود
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari 'Ali juga, katanya: Rasulullah SAW telah melarang kahwin mut'ah dan memakan daging keldai penduduk pada waktu perang Khaibar. Riwayat Tujuh Ahli Hadis kecuali Abu Dawud.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang menikahi perempuan dengan mut'ah dan memakan keledai negeri pada waktu perang khaibar. Riwayat Imam Tujuh kecuali Abu Dawud.
وَعَنْ رَبِيْعِ ابْنِ سَبُرَةَ عَنْ أَبِيْهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( إِنِّى كُنْتُ أَذِنْتُ لَكُمْ فِى اْلإِسْتِمْتَاعِ مِنَ النِّسَاءِ وَإِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ ذَالِكَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ مِنْهُنَّ شَيْئٌ فَلْيُحَلِّ سَبِيْلَهَا وَلاَ تَأْخُذُوْا مِمَّا أتَيْتُمُوْاهُنَّ شَيْئًا) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَأَبُوْا دَاوُدَ وَالنَّسَائِىُّ وَابْنُ مَاجَهُ وَأَحْمَدُ وَابْنُ حِبَّانَ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Rabi' bin Saburah, dari bapanya: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Aku dahulu pernah membenarkan kamu sekalian mut'ah dengan perempuan, tetapi sesungguhnya sekarang Allah telah mengharamkan hal itu sampai dengan hari kiamat. Oleh kerana itu siapa saja yang masih mempunyai isteri dari perkahwinan mut'ah, hendaklah ia ceraikan dan jangan kamu ambil kembali mahar yang telah kamu berikan kepada mereka.” Riwayat Muslim, Abu dawud, Nasa'i, Ibnu Majah, ahmad dan Ibnu Hibban.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Rabi' Ibnu Saburah, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku dahulu telah mengizinkan kalian menikahi perempuan dengan mut'ah dan sesungguhnya Allah telah mengharamkan cara itu hingga hari kiamat. maka barangsiapa yang masih mempunyai istri dari hasil nikah mut'ah, hendaknya ia membebaskannya dan jangan mengambil apapun yang telah kamu berikan padanya." Riwayat Muslim, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban.
وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ : ( لَعَنَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم اَلْمُحَلِّلَ وَالْمُحَلَّلَ لَهُ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَالنَّسَائِيُّ , وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Ibnu Mas'ud, katanya: “Rasulullah SAW melaknat lelaki muhalil dan lelaki muhalal.” Riwayat Ahmad, Nasa'i dan Tirmidzi.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Ibnu Mas'ud berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaknat muhallil (laki-laki yang menikahi seorang perempuan dengan tujuan agar perempuan itu dibolehkan menikah kembali dengan suaminya) dan muhallal lah (laki-laki yang menyuruh muhallil untuk menikahi bekas istrinya agar istri tersebut dibolehkan untuk dinikahinya lagi)." Riwayat Ahmad, Nasa'i, Dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi.
َوَفِي اَلْبَابِ : عَنْ عَلِيٍّ أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ إِلَّا النَّسَائِيَّ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dan dalam masalah ini pula dari 'Ali sebagaimana diriwayatkan oleh Empat Ahli Hadis kecuali Nasa'i.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dalam masalah ini ada hadits dari Ali yang diriwayatkan oleh Imam Empat kecuali Nasa'i.
َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا يَنْكِحُ اَلزَّانِي اَلْمَجْلُودُ إِلَّا مِثْلَهُ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ , وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Abu Hurairah, ujarnya: Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah patut lelaki yang berzina lagi telah dihukum dera untuk menikah dengan perempuan, kecuali perempuan yang serupa dengan dia.” Riawayat Ahmad dan Abu Dawud.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang berzina yang telah dicambuk tidak boleh menikahi kecuali dengan wanita yang seperti dia." Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan para perawi yang dapat dipercaya.
َوَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا , قَالَتْ : ( طَلَّقَ رَجُلٌ اِمْرَأَتَهُ ثَلَاثًا , فَتَزَوَّجَهَا رَجُلٌ , ثُمَّ طَلَّقَهَا قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَ بِهَا , فَأَرَادَ زَوْجُهَا أَنْ يَتَزَوَّجَهَا , فَسُئِلَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ ذَلِكَ , فَقَالَ : لَا حَتَّى يَذُوقَ اَلْآخَرُ مِنْ عُسَيْلَتِهَا مَا ذَاقَ اَلْأَوَّلُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ , وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari 'Aisyah, katanya: “Seseorang lelaki mentalaq isterinya tiga kali, lalu seorang lelaki lain mengahwininya, kemudian mentalaqnya sebelum lelaki itu mensetubuhinya. Lalu suami pertama ingin mengahwininya, kemudian Rasulullah SAW ditanya tentang hal itu. Lalu baginda bersabda: “Tidak boleh, sebelum lelaki lain merasakan madu kecil perempuan itu sebagaimana yang telah dirasakan oleh suaminya yang pertama.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
'Aisyah .ra berkata: ada seseorang mentalak istrinya tiga kali, lalu wanita itu dinikahi seorang laki-laki. Lelaki itu kemudian menceraikannya sebelum menggaulinya. Ternyata suaminya yang pertama ingin menikahinya kembali. Maka masalah tersebut ditanyakan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu beliau bersabda: "Tidak boleh, sampai suami yang terakhir merasakan manisnya perempuan itu sebagaimana yang dirasakan oleh suami pertama." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.
(Riwayat 7 Imam Hadis) Rowahu as-Sab'ah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam dalam ilmu Hadits, yaitu Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzy, Nasa'i dan Ibnu Majah
(Riwayat 6 Imam Hadis) Rowahu as-Sittah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Ahmad
(Riwayat 5 Imam Hadis) Rowahu al-Khamsah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Bukhari-Muslim
(Riwayat 4 Imam Hadis) Rowahu al-Arba'ah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Ahmad, Bukhari dan Muslim
(Riwayat 3 Imam Hadis) Rowahu ats-Tsalitsah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Ahmad, Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah
(Riwayat Bukhari dan Muslim) Muttafaqun 'alaih untuk hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim.
Semoga bermanfaat. Segala yang baik daripada Allah dan kekurangan daripada diri saya sendiri. Sebarang maklumbalas sila hubungi email norazizahtrading@gmail.com
Rujukan:
1. Bulughul Maram Terjemahan Indonesia Alquran-sunnah.com
2. Terjemahan Bulughul Maram – Pedoman mencapai hajat
3. Youtube Official Ustadz Khalid Basalamah
Senarai post berkaitan Bulughul Maram
Kitab Solat Bab Syarat-syarat Solat Bahagian 1
Kitab Nikah Bab Hadis-hadis nikah Bahagian Hadis-hadis Nikah Bahagian 1
Kitab Nikah Bab Hadis-hadis nikah Bahagian Hadis-hadis Nikah Bahagian 2
Kitab Nikah Bab Hadis-hadis nikah Bahagian Hadis-hadis Nikah Bahagian 3
Kitab Nikah Bab Hadis-hadis nikah Bahagian Hadis-hadis Nikah Bahagian 4
Kitab Nikah Bab Hadis-hadis nikah Bahagian Hadis-hadis Nikah Bahagian 5
Bulugh Al Maram atau dikenali juga sebagai Bulughul Maram mengandungi hadis-hadis yang sesuai dijadikan rujukan untuk menjalani kehidupan seharian sebagai seorang muslim atau muslimah. Terdapat panduan yang boleh digunakan daripada hadis-hadis yang dikemukakan. Antara topik-topik yang terdapat di dalam Bulughul Maram ialah taharah (cara-cara bersuci), solat, jenazah, zakat dan sedekah, puasa, haji, jual beli, nikah, jenayah, hudud, jihad, makanan dan minuman, supah dan nazar, pengadilan, memerdekakan dan kelengkapan (kumpulan pelbagai hadis).
Video Bulughul Maram : Nikah : Hadis-hadis Nikah Bahagian 5
Bagi pengguna desktop, video akan terus ke hadis yang dimaksudkan. Bagi pengguna mobile, video akan dimainkan dari mula.Video hadis mula pada 00:00:01
Senarai hadis Bulughul Maram : Nikah : Hadis-hadis Nikah Bahagian 5
Kahwin tanpa izin tuannya
Hadis dalam bahasa Arabوَعَنْ جَابِرٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( أَيُّمَا عَبْدٍ تَزَوَّجَ بِغَيْرِ إِذْنِ مَوَالِيهِ أَوْ أَهْلِهِ , فَهُوَ عَاهِرٌ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ , وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ , وَكَذَلِكَ اِبْنُ حِبَّانَ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Jabir, katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang yang kahwin tanpa izin tuannya atau majikannya maka ia dianggap melakukan perbuatan zina. Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Seorang budak yang menikah tanpa izin dari tuannya atau keluarganya, maka ia dianggap berzina." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi dan Ibnu Hibban.
Tidak boleh dimadu seseorang perempuan dengan saudara perempuan bapanya atau dengan saudara perempuan ibunya
Hadis dalam bahasa Arabوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( لَا يُجْمَعُ بَيْنَ اَلْمَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا , وَلَا بَيْنَ اَلْمَرْأَةِ وَخَالَتِهَا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Abu Hurairah: Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Tidak boleh dimadu seseorang perempuan dengan saudara perempuan bapanya dan tidak boleh dimadu seseorang perempuan dengan saudara perempuan ibunya.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak boleh dimadu antara seorang perempuan dengan saudara perempuan ayahnya dan antara seorang perempuan dengan saudara perempuan ibunya." Muttafaq Alaihi.
Orang yang sedang ihram tidak boleh menikah dan tidak boleh menikahkan
Hadis dalam bahasa Arabَوَعَنْ عُثْمَانَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا يَنْكِحُ اَلْمُحْرِمُ , وَلَا يُنْكَحُ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ : ( وَلَا يَخْطُبُ ) وَزَادَ اِبْنُ حِبَّانَ : ( وَلَا يُخْطَبُ عَلَيْهِ )
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari 'Utsman, katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang sedang ihram tidak boleh menikah dan tidak boleh menikahkan” Riwayat Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Utsman Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang yang sedang berihram tidak boleh menikah dan menikahkan." Riwayat Muslim. Dalam riwayatnya yang lain: "Dan tidak boleh melamar." Ibnu Hibban menambahkan: "Dan dilamar."
Nabi SAW mengahwini Maimunah pada saat baginda ihram
Hadis dalam bahasa Arabَوَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : ( تَزَوَّجَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مَيْمُونَةَ وَهُوَ مُحْرِمٌ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Ibnu 'Abbas, katanya: “Nabi SAW mengahwini Maimunah pada saat baginda ihram.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menikahi Maimunah ketika beliau sedang ihram. Muttafaq Alaihi.
Nabi SAW menikahi Maimunah setelah baru saja selesai ihram
Hadis dalam bahasa Arabوَلِمُسْلِمٍ : عَنْ مَيْمُونَةَ نَفْسِهَا ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم تَزَوَّجَهَا وَهُوَ حَلَالٌ )
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dan menurut Muslim dari Maimunah sendiri katanya: “Sesungguhnya Nabi SAW menikah diriku setelah baru saja selesai ihram (halal).”
Hadis dalam bahasa Indonesia
Menurut riwayat Muslim dari Maimunah sendiri: Bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menikahinya ketika beliau telah lepas dari ihram.
Syarat yang paling patut disempurnakan untuk menghalalkan kemaluan perempuan
Hadis dalam bahasa Arabَوَعَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِنَّ أَحَقَّ اَلشُّرُوطِ أَنْ يُوَفَّى بِهِ , مَا اِسْتَحْلَلْتُمْ بِهِ اَلْفُرُوجَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari 'Uqbah bin 'Amir, katanya: “Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya syarat yang paling patut untuk kamu sempurnakan ialah syarat yang kamu gunakan untuk menghalalkan kemaluan-kemaluan perempuan.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Uqbah Ibnu Amir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya syarat yang paling patut dipenuhi ialah syarat yang menghalalkan kemaluan untukmu." Muttafaq Alaihi.
Larangan nikah mut'ah
Hadis dalam bahasa Arabَوَعَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ رضي الله عنه قَالَ : ( رَخَّصَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَامَ أَوْطَاسٍ فِي اَلْمُتْعَةِ , ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ , ثُمَّ نَهَى عَنْهَا ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Salamah bin Akwa', katanya: “Rasulullah SAW memberikan keringanan tiga hari pada tahun Autas untuk melakukan nikah mut'ah, kemudian melarangnya sama sekali melakukan perbuatan tersebut.” Riwayat Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Salamah Ibnu Al-Akwa' berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah memberi kelonggaran untuk nikah mut'ah selama tiga hari pada tahun Authas (tahun penaklukan kota Mekkah), kemudian bleiau melarangnya. Riwayat Muslim.
Larangan nikah mut'ah pada perang Khaibar
Hadis dalam bahasa Arabَوَعَنْ عَلَيٍّ رضي الله عنه قَالَ : ( نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ اَلْمُتْعَةِ عَامَ خَيْبَرَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari 'Ali, katanya: “Rasulullah SAW melarang mut'ah pada perang Khaibar.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Ali Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang nikah mut'ah pada waktu perang khaibar. Muttafaq Alaihi.
Larangan nikah mut'ah dan memakan daging keldai penduduk
Hadis dalam bahasa Arabَوَعَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( نَهى عَنْ مُتْعَةِ النِّسَاءِ وَعَنْ أَكْلِ الْحُمُرِ اْلأَهْلِيَّةِ يَوْمَ خَيْبَرَ ) اخرجه السبعة إلا أبا داود
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari 'Ali juga, katanya: Rasulullah SAW telah melarang kahwin mut'ah dan memakan daging keldai penduduk pada waktu perang Khaibar. Riwayat Tujuh Ahli Hadis kecuali Abu Dawud.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang menikahi perempuan dengan mut'ah dan memakan keledai negeri pada waktu perang khaibar. Riwayat Imam Tujuh kecuali Abu Dawud.
Larangan nikah mut'ah sehingga kiamat
Hadis dalam bahasa Arabوَعَنْ رَبِيْعِ ابْنِ سَبُرَةَ عَنْ أَبِيْهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( إِنِّى كُنْتُ أَذِنْتُ لَكُمْ فِى اْلإِسْتِمْتَاعِ مِنَ النِّسَاءِ وَإِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ ذَالِكَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ مِنْهُنَّ شَيْئٌ فَلْيُحَلِّ سَبِيْلَهَا وَلاَ تَأْخُذُوْا مِمَّا أتَيْتُمُوْاهُنَّ شَيْئًا) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَأَبُوْا دَاوُدَ وَالنَّسَائِىُّ وَابْنُ مَاجَهُ وَأَحْمَدُ وَابْنُ حِبَّانَ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Rabi' bin Saburah, dari bapanya: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Aku dahulu pernah membenarkan kamu sekalian mut'ah dengan perempuan, tetapi sesungguhnya sekarang Allah telah mengharamkan hal itu sampai dengan hari kiamat. Oleh kerana itu siapa saja yang masih mempunyai isteri dari perkahwinan mut'ah, hendaklah ia ceraikan dan jangan kamu ambil kembali mahar yang telah kamu berikan kepada mereka.” Riwayat Muslim, Abu dawud, Nasa'i, Ibnu Majah, ahmad dan Ibnu Hibban.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Rabi' Ibnu Saburah, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku dahulu telah mengizinkan kalian menikahi perempuan dengan mut'ah dan sesungguhnya Allah telah mengharamkan cara itu hingga hari kiamat. maka barangsiapa yang masih mempunyai istri dari hasil nikah mut'ah, hendaknya ia membebaskannya dan jangan mengambil apapun yang telah kamu berikan padanya." Riwayat Muslim, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban.
Laknat untuk lelaki muhalil dan muhalal
Hadis dalam bahasa Arabوَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ : ( لَعَنَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم اَلْمُحَلِّلَ وَالْمُحَلَّلَ لَهُ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَالنَّسَائِيُّ , وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Ibnu Mas'ud, katanya: “Rasulullah SAW melaknat lelaki muhalil dan lelaki muhalal.” Riwayat Ahmad, Nasa'i dan Tirmidzi.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Ibnu Mas'ud berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaknat muhallil (laki-laki yang menikahi seorang perempuan dengan tujuan agar perempuan itu dibolehkan menikah kembali dengan suaminya) dan muhallal lah (laki-laki yang menyuruh muhallil untuk menikahi bekas istrinya agar istri tersebut dibolehkan untuk dinikahinya lagi)." Riwayat Ahmad, Nasa'i, Dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi.
Laknat untuk lelaki muhalil dan muhalal
Hadis dalam bahasa Arabَوَفِي اَلْبَابِ : عَنْ عَلِيٍّ أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ إِلَّا النَّسَائِيَّ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dan dalam masalah ini pula dari 'Ali sebagaimana diriwayatkan oleh Empat Ahli Hadis kecuali Nasa'i.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dalam masalah ini ada hadits dari Ali yang diriwayatkan oleh Imam Empat kecuali Nasa'i.
Lelaki yang berzina untuk perempuan yang serupa dengan dia
Hadis dalam bahasa Arabَوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا يَنْكِحُ اَلزَّانِي اَلْمَجْلُودُ إِلَّا مِثْلَهُ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ , وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari Abu Hurairah, ujarnya: Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah patut lelaki yang berzina lagi telah dihukum dera untuk menikah dengan perempuan, kecuali perempuan yang serupa dengan dia.” Riawayat Ahmad dan Abu Dawud.
Hadis dalam bahasa Indonesia
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang berzina yang telah dicambuk tidak boleh menikahi kecuali dengan wanita yang seperti dia." Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan para perawi yang dapat dipercaya.
Talaq tiga kali
Hadis dalam bahasa Arabَوَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا , قَالَتْ : ( طَلَّقَ رَجُلٌ اِمْرَأَتَهُ ثَلَاثًا , فَتَزَوَّجَهَا رَجُلٌ , ثُمَّ طَلَّقَهَا قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَ بِهَا , فَأَرَادَ زَوْجُهَا أَنْ يَتَزَوَّجَهَا , فَسُئِلَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ ذَلِكَ , فَقَالَ : لَا حَتَّى يَذُوقَ اَلْآخَرُ مِنْ عُسَيْلَتِهَا مَا ذَاقَ اَلْأَوَّلُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ , وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
Hadis dalam bahasa Malaysia
Dari 'Aisyah, katanya: “Seseorang lelaki mentalaq isterinya tiga kali, lalu seorang lelaki lain mengahwininya, kemudian mentalaqnya sebelum lelaki itu mensetubuhinya. Lalu suami pertama ingin mengahwininya, kemudian Rasulullah SAW ditanya tentang hal itu. Lalu baginda bersabda: “Tidak boleh, sebelum lelaki lain merasakan madu kecil perempuan itu sebagaimana yang telah dirasakan oleh suaminya yang pertama.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadis dalam bahasa Indonesia
'Aisyah .ra berkata: ada seseorang mentalak istrinya tiga kali, lalu wanita itu dinikahi seorang laki-laki. Lelaki itu kemudian menceraikannya sebelum menggaulinya. Ternyata suaminya yang pertama ingin menikahinya kembali. Maka masalah tersebut ditanyakan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu beliau bersabda: "Tidak boleh, sampai suami yang terakhir merasakan manisnya perempuan itu sebagaimana yang dirasakan oleh suami pertama." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.
Mengenai Kitab Bulugh Al Maram
Bulughul Maram atau Bulugh al-Maram min Adillat al-Ahkam, disusun oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (773 H - 852 H). Hadis-hadis ini diriwayat oleh tujuh Imam dalam ilmu hadis iaitu Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzy, Nasa'i dan Ibnu Majah. Ibnu Hajar menggunakan istilah tertentu dalam penyebutan yang mengeluarkan hadits (mukharrij) yakni:(Riwayat 7 Imam Hadis) Rowahu as-Sab'ah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam dalam ilmu Hadits, yaitu Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzy, Nasa'i dan Ibnu Majah
(Riwayat 6 Imam Hadis) Rowahu as-Sittah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Ahmad
(Riwayat 5 Imam Hadis) Rowahu al-Khamsah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Bukhari-Muslim
(Riwayat 4 Imam Hadis) Rowahu al-Arba'ah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Ahmad, Bukhari dan Muslim
(Riwayat 3 Imam Hadis) Rowahu ats-Tsalitsah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Ahmad, Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah
(Riwayat Bukhari dan Muslim) Muttafaqun 'alaih untuk hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim.
Semoga bermanfaat. Segala yang baik daripada Allah dan kekurangan daripada diri saya sendiri. Sebarang maklumbalas sila hubungi email norazizahtrading@gmail.com
Rujukan:
1. Bulughul Maram Terjemahan Indonesia Alquran-sunnah.com
2. Terjemahan Bulughul Maram – Pedoman mencapai hajat
3. Youtube Official Ustadz Khalid Basalamah
Senarai post berkaitan Bulughul Maram
Kitab Solat Bab Syarat-syarat Solat Bahagian 1
Kitab Nikah Bab Hadis-hadis nikah Bahagian Hadis-hadis Nikah Bahagian 1
Kitab Nikah Bab Hadis-hadis nikah Bahagian Hadis-hadis Nikah Bahagian 2
Kitab Nikah Bab Hadis-hadis nikah Bahagian Hadis-hadis Nikah Bahagian 3
Kitab Nikah Bab Hadis-hadis nikah Bahagian Hadis-hadis Nikah Bahagian 4
Kitab Nikah Bab Hadis-hadis nikah Bahagian Hadis-hadis Nikah Bahagian 5